Hari ini perasaanku mengatakan bahwa disekolah aku akan dapat sesuatu yang sangat mengesankan, ternyata perasaanku memang benar, disekolah aku ditembak oleh Ardian anak basket yang gemar bermain musik, saat itu Dian memberiku kado special ultah dengan mengadakan pesta besar-besaran di sekolah, berkat usahanya itu aku menerima perasaanya. Hingga lima bulan, hubunganku dengannya baik-baik saja.
Angin berhembus, suara rintik hujan terdengar ketika siswa/siswi internasional school sedang belajar, suasana saat itu sangat dingin dan kelam, tak ada satu siswapun yang berani keluar kelas karena mereka sedang melaksanakan ulangan.
Panggil saja aku Fanny, aku adalah siswa yang aktif di kelas dan di eskul, disekolah aku menjadi bintang dan tak ada satu orangpun yang tak mengenaliku. Kelas X1.a-1 adalah kelasku, kebetulan hari itu kami melaksanakan ulangan dan hari itu juga adalah hari terburuk dalam hidupku. Hati yang resah dan gelisah menjadikan diriku tak bisa bersemangat.
Ini adalah awal negative instingku datang, aku merasa orang yang sayang padaku tak akan lagi bersamaku, berawal dari ulangan yang hancur berantakan, pikiranku kosong sama sekali, sehingga aku tak mampu mengerjakan soal-soal yang tergeletak didepanku.
“Ya tuhan ada apa denganku?tolongalah aku, kenapa hati ini tak menentu” gerutuku.
Waktu ulanganpun habis, soal yang diberikan oleh guru tak sempat aku kerjakan.
“Ya ampun…gimana ini, belum satupun aku mengerjakan soal-soal ini” akupun mulai cemas.
Tapi disaat itu temanku Denis , memberikan kertas jawabanya kepadaku, tapi aku menolaknya.
“Fan, kamu belum?ini ambilah kertas jawabanku, tulis nama kamu disana”. Denis menyodorkan kertas itu kepadaku.
“Tidak terimakasih, biar aku yang menaggung kesalahanku sendiri” aku memberikan kertas itu kembali.
Lalu aku segera menuju meja guru untuk mengumpulkan kertas jawaban yang kosong itu.
Tak lama, bel istirahat berbunyi, aku bergegas menuju perpustakaan yang kebetulan bersebelahan dengan dengan kelas pacarku Ardian. Akupun menangis, entah apa yang aku tangisi tapi instingku menyuruhku menangis, disaat itu Dian menghampiriku.
“Hanny, kenapa kamu menangis?, apa ada yang menyakitimu?”
“Entahlah, rasanya hati ini perih seakan ada yang menyakitiku”
Dian duduk disampingku dan akupun menangis di pundaknya, orang-orang yang berada disekelilingku mulai memperhatikan kami berdua.
Bel masukpun berbunyi, aku dan Dian masuk kelas masing-masing, saat dikelas aku duduk terdiam menunggu guru datang. Denis duduk dihadapnku dan berusaha menghiburku.
“Zaman gini masih ada princes nangis, apa perlu aku panggilkan pangeranmu?” rayunya
Aku mulai melirik Denis.
“Apa sih mau kamu dari tadi kamu menggangguku?”
“Aduh princes dari tadi aku berusaha menolongmu, tapi kamu anggap sebagai gangguan, cewek aneh”
Aku mulai kesal dengan sikap Denis, lalu aku mendorongnya untuk pergi dari hadapanku.
Pelajaran usai, waktu pulangpun tiba, siswa-siswi internasional school berbondong-bondong pulang, aku menunggu Dian ditempat parkir tetapi ku lihat mobilnya sudah tak ada, yang ada hanya denis yang sedang duduk di motornya.
“Hai princess , pulang bareng yuk sam aa Denis..”
Segera aku meninggalkan tempat itu tapi Denis menarik tanganku.
“Ayolah princess, pulang bersamaku, pangernmu sudah pulang dari tadi kelihatannya dia terburu-buru”
Aku melepaskan tangan Denis, kembali instingku muncul agar aku menerima ajakannya.
“oke” akupun menerima ajakannya.
Tapi saat diperjalanan Denis membawaku ke café.
“Denis kenapa kamu bawa aku kesini, den,, aku pengen langsung pulang, sekarang juga kita pulang atau aku pulang sendiri” kesalku.
“Tenang princess, kamu pasti lapar jadi aku bawa kamu kesini, dijamin kamu suka, pleas ya!”bujuk Denis yang membuatku kesal.
Instingku muncul kembali, insting itu menuntunku untuk menerima permintaanya kembali.
“Oke,tapi sbentar ya!” ucapku.
Suasana café yang indah membuatku tertegun dan merasa nyaman didalamnya, masakan café yang sangat lezat membuat nafsu makanku semakin bertambah,suap demi suap ku lahap, saat aku sedang makan denis terus memandangku akupun tersipu malu.
Tetapi saat itu suasana berubah drastis, hatiku panas sehingga membuatku menangis.
“princess kenapa kamu menangis?kamu ingin pulang?kalau begitu ayo kita pulang.”
Tatapanku tertuju pada pacarku yang sedang duduk mesra dengan teman baiku Anita, aku berdiri dari tempat duduk dan mengajak Denis untuk segera pulang.
“Ayo Den kita pulang”. Lirihku, aku memegang tangan Denis sambil menangis.
Denis merasa heran dengan sikap Fanny, ia pun menoleh pandangnnya kebelakang, saat itu Denis terkejut dan emosinyapun memuncak, tanpa berfikir panjang Denis menghampiri dan menghajar Dian.
“Ian ,,dasar pengecut, bisa-bisanya lo mainin cewek lo sendiri”
Denis memukuli Dian sangat keras, aku hanya bisa terdiam menyaksikan kejadian itu, Dian membalas pukulan Denis lalu ia mengahampiriku.
Dian menuntunku untuk pulang, tapi aku menolak permintaanya, ia kesal dengan sikapku sebab itu ia bersikap kasar kepadaku.
“Oh jadi sekarang kamu milih Denis dari pada aku,,,oke kalo gitu kita putus!” Ia meninggalkanku dan beranjak pergi dari café itu dengan Anita.
Kesedihan yang aku alami tak sanggup ku tahan, aku berlari keluar dan segera pulang meninggalkan Denis.
Di perjalanan pulang aku terus menangis, saat itu aku menerima telphone dari ibuku untuk segera pulang.
Entah apa yang terjadi di rumah, aku semakin gelisah, instingku kembali muncul.
Saat tiba dirumah, terlihat banyak orang yang sedang membaca surat yasin. Air mataku semakin berlinang dan aku menjerit Karena dihadapanku tergeletak Ayahku yang terbujur kaku tak bernyawa. Aku langsung memeluk jasad Ayahku yang terbungkus kain kafan, Ibu dan Kakaku menyusul memeluku.
“Sabar ya nak, ini adalah ujian dari tuhan” Ibuku menghapus air mataku dan mencium pipiku.
Denis datang menyusulku, saat itu ia menghampiriku dan melihat Ayahku. Ia terkejut dengan apa yang terjadi dirumahku.
“Fanny, aku sungguh menyesal telah membuatmu menangis dan aku turut berduka cita, sabar ya princess.”
Aku menariknya kebelakang rumah, entah apa yang kulakukan kembali instingku muncul untuk memeluk Denis, aku memeluknya sambil menangis, malam itu sangat menyakitkan bagiku.
“Princess dari tadi kamu menangis, jangan menangis lagi ya!, aku percaya kamu sanggup melawan masalah ini dan jangan khawatir karena aku akan selalu menjagamu.”
Aku berhenti menangis Karena tergugah dengan ucapan yang dilontarkan oleh denis, saat itu kami duduk berdua dalam gelapnya malam.
“Fan,sebenarnya dari dulu aku menyukaimu, aku takan pernah menyakitimu karena aku sayang padamu, maukah kau jadi pacarku?”
Hatiku sangat berdebar tak menentu dan sikapku semakin gugup, aku tak bisa menjawab pertanyaanya karena aku tak bisa melupakan Dian. Denis mengerti dengan keadaanku dan ia tak memaksakan jawabannya.
Tapi saat itulah Kami dapat tersenyum bahagia, di hari meninggalnya Ayahku, aku mendapatkan kasih sayang pengganti dari Ayahku yaitu Denis. Saat itu instingku muncul kembali dengan kekhawatiran, kegelisahan dan resah yang menghantuiku, insting itu tak kunjung hilang.
“Denis aku tak mau kau pergi dariku, aku tak mau kau meninggalkanku.”
“Tenang princessku aku takan pergi darimu, mengapa kau berfikiran seperti itu?”
“Instingku yang mengatakan semua itu, Denis”
“Fan, jangan perdulikan insting, tapi berfikir fositiflah dan turuti keyakinanmu sendiri bukan menurut insting”
Aku menghela nafas dan berusaha menghilangkan insting yang selalu mengikutiku.
Malampun semakin larut, kami berjalan keruang tengah suasana dirumahku semakin ramai dengan para pelayat yang berdatangan, saat itu terlihat mantan pacarku yang sedang berdiri di pekarangan rumahku. Denis menghampiri Dian dan akupun mengikutinya. Dian mulai menyapaku.
“Hai hanny, aku turut berduka cita, sabar ya han? aku datang kesini untuk melayat ayahmu dan minta maaf atas kejadian tadi sore”
“Dian, kenapa kamu masih datang kerumahku? apa kamu belum puas menyakitiku?” turutku kesal
“Fan,aku ingin menjelaskan soal yang tadi?”
“Tak perlu ,menurutku semua kejadian tadi sore sudah sangat jelas.”
Tapi Denis menyuruhku mendengarkan dan menyelesaikan masalah antara Aku dan Dian, aku mengikuti perintahnya. Saat itu denis yang berada didekatku meninggalkan Aku dan Dian, ia menghampiri keluargaku di dalam rumah. Hanya aku tetap berada diluar bersama Dian.
“Hanny aku tau aku sangat salah telah melukai hatimu, aku tak bermaksud untuk itu, soal Anita dia menjebakku, saat pulang dia menyuruhku untuk segera ke café itu karena dia bilang kamu menunggu disana, sampai disana Anita menyuruhku menunggumu, tapi saat itu dia memeluku, aku berusaha menjauhinya tapi setelah itu denis menghajarku dan masalah aku memutuskanmu karena aku melihatmu berdua dengan denis, aku kira kau selingkuh, ternyata aku sadar bahwa kamu takkan seperti itu, aku juga bersalah pada Denis karena telah merebutmu”
“Maksudmu apa?” aku bingung dengan ucapan Dian.
“Sebenarnya yang menyiapkan acara ulang tahunmu adalah Denis, saat itu yang akan menembakmu adalah dia tapi Denis tau bahwa akupun menyayangimu, demi persahabatan ia rela memberikan orang yang ia sayangi kepadaku”
Air mataku tak bisa aku tahan aku menangis setelah mendengar penjelasannya.
“Ian, dulu Denis rela melepas orang yang ia sayangi untukmu tapi kau menyakitinya”
Dian mendekatiku dan memegang tanganku.
“Aku rela melepaskanmu untuknya, asal kamu bahagia denganya akupun bahagia,”
dalam kebingungan yang melanda Fannypun memaafkan Dian.“Kesalahanmu aku maafkan , terimakasih atas kerelaanmu dan jaga baik persahabatanmu”
Lalu Dian memanggil Denis, ia memegang pundak denis dan meminta maaf padanya.
“Denis, aku sangat berterimakasih atas semua pengorbananmu untuk persahabatan kita, aku ingin mengembalikan princessmu, maaf aku telah mengambilnya.”
“Dian aku sangat rela kamu bersama Fanny, aku yakin kamu bisa menjaganya dan menyayanginya sepenuh hatimu, ambil kembali hanny mu.Fanny masih sayang padamu Ian.”
“Denis aku tau perasaamu, sekarang aku ingin membalas semua kebaikanmu, ambilah princessmu”
“Ian hati tak bisa dipaksakan, Fanny masih sayang padamu, aku sekarang menganggap Fanny sebagai adikku sendiri, aku lebih percaya kepadamu untuk menjaganya.”
Aku sungguh bingung dengan hatiku yang sesungguhnya, hatiku terbagi 2 antara Dian dan Denis, instingku mengatakan Denis tapi aku mulai membuang insting itu dan merubahnya dengan keyakinanku, sejak saat itu aku yakin Dianlah yang bisa menjagaku.
Sebelum Denis pulang ia memberikan kertas jawaban ulangan yang tadi siang, saat itu hatiku terharu sekaligus berat melepasnya. Lalu denis bersalaman dengan Dian, akupun memeluk Denis yang saat itu akan pulang.
“Baik-baik ya Fan, jadilah princess yang baik dan tegar.” itu adalah pesanya sebelum ia pulang.
Tepat jam 12 Denis pulang, aku duduk dihalaman rumah dengan Dian, ia menyuruhku untuk istirahat, tak lama setelah Denis pergi Dian menyusul pulang.
Aku masuk kamarku, insting itu muncul kembali, instingku menyuruh membuka fhoto dalam binderku. Kali ini aku menuruti insting itu, pada saat aku melihat fhoto Denis, insting itu berubah menjadi kekacauan di hatiku, hatiku resah dan gelisah seperti yang di rasakan sebelumnya.
***
Saat Dian yang sedang dalam perjalanan , terhenti karena melihat kerumunan orang dijalan. Iapun turun dari motornya, disana terjadi kecelakaan antara bus dan mobil pw bittle berwarna silver. saat itu Dian sangat terkejut karena itu adalah mobil Denis, setelah dilihat memang benar itu adalah Denis, Ia terbaring dan berlumuran darah, Dianpun segera membawanya kerumah sakit.
Saat Denis di ruang UGD , Dian menelphonku, aku yang sedang melihat fhoto Denis di kamar sangat terkejut dan tak percaya dengan berita yang disampaikan Dian. Secepatnya aku pergi kerumah sakit.
Setelah sampai dirumah sakit, aku duduk disamping Dian, kedaanku saat itu adalah sangat cemas. Tak lama dokter keluar dari ruang UGD dan memberitahukan bahwa Denis telah tiada, aku mulai terpukul dengan berita itu, aku menangis dan Dian menelphon keluarga Denis di luarkota tentang berita itu , saat itu keluarga Denis sedang ada dalam perjalan menuju rumah sakit.
Dian memeluku dan menenangkan hatiku.
“Hanny,jadilah princess yang baik dan tegar.”
Yang saat itu aku menangis, seketika terhenti dengan apa yang dikatakan oleh Dian. Ia mengingatkanku pada pesan yang disampaikan Denis kepadaku sebelum ia pergi. Lalu Dian menghapus air mataku.
Saat itu keluarga Denis datang, ibunya tahu bahwa anaknya telah tiada. Beliau menasehatiku dan memeluku.
“Fanny, Denis sering cerita tentang kamu, dia berpesan pada ibu untuk menjagamu dan menganggapmu sebagai anak , ibu sungguh sangat bahagia dapat bertemu kamu. sabar ya nak!”
“Terimakasih bu, Fanny juga sangat senang dapat bertemu dengan ibu.”
Saat itu aku mulai bangkit dari keterpurukan dan kesedihan selama ini.
Malam yang kelabu berganti pagi yang sangat indah, pancaran sinar dan suara kicauan burung yang merdu membuat hatiku merasa tenang.
Pagi itu kami melaksanakan proses pemakaman, makam ayahku dan denis bersebelahan. Aku dan Dian bukan menangisi kepergian mereka tapi kami memberikan senyuman terakhir untuk mereka dan kami percaya bahwa mereka akan tenang di alam yang berbeda. Keluargaku, keluarga Denis dan keluarga Dian ikut dalam proses pemakaman tersebut, setelah selesainya pemakaman semua keluarga berkumpul dirumah keluargaku, sejak saat itu antara keluargaku, keluarga Denis dan keluarga Dian mulai dekat dan menjadi keluarga besar yang saling menyayangi satu sama lain.
Saat kami berkumpul, datang sahabatku Anita, yang bermaksud melayat sekaligus meminta maaf kepadaku, dari sana aku dapat memaafkannya dan menjadikan kembali Anita sebagai sahabat terbaikku.
Sejak saat itu Dian selalu berada di dekatku.
“Princess, aku berjanji akan selalu menjagamu, aku takan mengecewakanmu, Denis dan Ayahmu.”
“Thanks pangeran.”
Aku dapat merelakan kepergian Ayah dan Denis. Aku benar-benar melupakan insting dan mengubahnya menjadi keyakinan dan berfikir fositif.
Saat di sekolah ku ubah nilaiku yang semula 0 menjadi 100 setelah mengikuti ulangan remedial. Dan tentang percintaanku aku kan selalu menjaganya.
“My Love To Forever”
-*****-